Ramai di kalangan muslimin langsung tidak ambil berat, malah ada yang langsung tidak tahu menahu tentang larangan isbal.
Mereka solat dengan kain atau seluar labuh menutup mata kaki. Sedangkan
ia dilarang keras baik ketika solat mahupun di luar solat.
Isbal ertinya melabuhkan kain atau seluar hingga menutupi mata kaki,
dan hal ini dilarang secara tegas baik kerana sombong ataupun tidak.
Larangan isbal bagi laki-laki telah dijelaskan dalam hadits-hadits
Rasulullah SAW yang sangat banyak, maka selayaknya bagi seorang muslim
yang redha Islam sebagai agamanya untuk menjauhi hal ini.
Namun
ada sebahagian kalangan yang dianggap berilmu, menolak (larangan) isbal
dengan alasan yang rapuh iaitu dengan niat “tidak sombong” - maka
diperbolehkan?!
Mungkin mereka tidak sombong dengan manusia tetapi mereka tetap sombong pada perintah Rasulullah.
Untuk lebih jelasnya, berikut dipaparkan perkara yang sebenarnya
tentang isbal agar menjadi panduan bagi orang-orang yang mencari
kebenaran.
Salah satu kewajiban seorang muslim adalah meneladani Rasulullah SAW dalam segala perkara, termasuk dalam masalah pakaian.
Rasulullah telah memberikan batas-batas syar'I terhadap pakaian seorang muslim, perhatikan hadits-hadits berikut:.
Rasulullah SAW bersabda :Ertinya : “Keadaan sarung seorang muslim
hingga setengah betis, tidaklah berdosa bila memanjangkannya antara
setengah betis hingga di atas mata kaki. Dan apa yang turun dibawah mata
kaki maka bahagiannya di neraka. Barangsiapa yang menarik pakaiannya
kerana sombong maka Allah tidak akan melihatnya” (Hadits riwayat Imam
Abu Dawud 4093, Ibnu Majah 3573, Ahmad 3/5, Malik 12. Disahihkan oleh
Al-Albani dalam Al-Misykah 4331)
Berkata Syaroful Haq Azhim
Abadi rahimahullah: “Hadits ini menunjukkan bahwa yang sunnah hendaklah
kain atau seluar seorang muslim adalah hingga setengah betis, dan
dibolehkan turun dari setengah betis hingga di atas mata kaki. Apa saja
yang dibawah mata kaki maka hal itu terlarang dan haram. [Aunul Ma’bud
11/103]
Dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.
Ertinya : Rasulullah SAW memegang otot betisku lalu bersabda, “Ini
merupakan batas bawah kain sarung. Jika engkau enggan maka boleh lebih
bawah lagi. Jika engkau masih enggan juga, maka tidak ada hak bagi
sarung pada mata kaki” [Hadits riwayat Imam Tirmidzi 1783, Ibnu Majah
3572, Ahmad 5/382, Ibnu Hibban 1447. Disahihkan oleh Al-Albani dalam
Ash-Shahihah 1765]
Dari Abi Juhaifah Radhiyallahu ‘anhu
berkata. “Aku melihat Nabi SAW keluar dengan memakai Hullah Hamro'
seakan-akansaya melihat kedua betisnya yang sangat putih” (Hadits
riwayat Imam Tirmidzi dalam Sunannya 197, dalam Syamail Muhammadiyah 52,
dan Ahmad 4/308)
'Ubaid bin Khalid Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Tatkala aku sedang berjalan di kota Madinah, tiba-tiba ada seorang di
belakangku berkata, "Tinggikan sarungmu! Sesungguhnya hal itu lebih
mendekatkan kepada ketakwaan." Ternyata dia adalah Rasulullah SAW. Aku
pun bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, ini Burdah Malhaa (pakaian
yang mahal). Rasulullah menjawab, "Tidakkah pada diriku terdapat
teladan?" Maka aku melihat sarungnya hingga setengah betis”. (Hadits
riwayat Imam Tirmidzi dalam Syamail 97, Ahmad 5/364. Disahihkan oleh
Al-Albani dalam Mukhtashor Syamail Muhammadiyah, hal. 69)
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya tentang
seseorang yang memanjangkan seluarnya hingga melebihi mata kaki. Beliau
menjawab: “Panjangnya baju, seluar dan seluruh pakaian hendaklah tidak
melebihi kedua mata kaki, sebagaimana telah tetap dari hadits-hadits
Nabi SAW” (Majmu' Fatawa 22/14)
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata :
“Walhasil, ada dua keadaan bagi laki-laki; dianjurkan yaitu menurunkan
sarung hingga setengah betis, boleh yaitu hingga di atas kedua mata
kaki. Demikian pula bagi wanita ada dua keadaan; dianjurkan yaitu
menurunkan di bawah mata kaki hingga sejengkal, dan dibolehkan hingga
sehasta” (Fathul Bari 10/320)
Dari Abu Dzar bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda : “Ada tiga golongan yang tidak akan diajak
bicara oleh Allah pada hari kiamat dan bagi mereka azab yang pedih.
Rasulullah menyebutkan tiga golongan tersebut berulang-ulang sebanyak
tiga kali, Abu Dzar berkata : "Merugilah mereka! Siapakah mereka wahai
Rasulullah?"
Rasulullah menjawab: "Orang yang suka memanjangkan
pakaiannya, yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang
melariskan dagangannya dengan sumpah palsu." [Hadits riwayat Imam Muslim
106, Abu Dawud 4087, Nasa'i 4455, Darimi 2608. Lihat Irwa': 900]
Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi ersabda : "Apa saja yang di bawah
kedua mata kaki di dalam neraka." (Hadits riwayat Imam Bukhari 5797,
Ibnu Majah 3573, Ahmad 2/96)
Hadits-hadits di atas
mengisyaratkan bahwa panjang pakaian seorang muslim tidaklah melebihi
kedua mata kaki dan yang paling utama hingga setengah betis, sebagaimana
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya sebagaimana di
atas.
Jika adab berpakaian bagi lelaki sedemikian di luar solat, apalagi sekiranya ia ketika mengerjakan solat!
Isbal tidak membatalkan solat tetapi solatnya tidak diterima olah Allah
seperti sabda Rasulullah SAW, ' Sesungguhnya Allah tidak menerima solat
orang yang kainnya melabuhi bukulali.' riwayat Abu Daud.
Solat tidak diterima bermaksud kita tidak mendapat apa2 pahala dan juga tidak berdosa seperti dosa meninggalkan solat.
Bermaksud sia-sialah solat itu kerana tidak diterima walaupun sah dari segi hukumnya.
Nota:
Sarung kaki atau jaurab (stoking) tidak dikatogerikan sebagai pakaian
isbal. Ini bererti sesiapa yang memakai sarung kaki atau sepatu yang
menutup mata kaki tidak dianggap berisbal. Persoalan ini telah
dibincangkan oleh para fuqaha.
Wallahhu’alam.....
Sila rujuk pada yg lebih arif jika ada kemuskilan....info saya pasti ada kelemahan dan kekurangan.
Wallahu'aklam